Dalam
tulisan ini, kita akan mempelajari tentang pembentukan beberapa jenis ikatan
kimia, seperti ikatan ionik, ikatan kovalen, serta ikatan kovelen koordinasi.
Selain itu, kita juga akan mempelajari cara penulisan rumus dan tata nama
berbagai senyawa kimia...
Natrium
termasuk logam yang cukup reaktif. Unsur ini berkilau, lunak, dan merupakan
konduktor listrik yang baik. Umumnya natrium disimpan di dalam minyak untuk
mencegahnya bereaksi dengan air yang berasal dari udara. Jika sepotong logam
natrium yang baru dipotong dilelehkan, kemudian diletakkan ke dalam gelas
beaker yang terisi penuh oleh gas klorin yang berwarna hijau kekuningan, sesuatu
yang sangat menakjubkan akan terjadi. Natrium yang meleleh mulai bercahaya
dengan cahaya putih yang semakin lama semakin terang. Sementara, gas klorin
akan teraduk dan warna gas mulai menghilang. Dalam beberapa menit, reaksi
selesai dan akan diperoleh garam meja atau NaCl yang terendapkan di dalam gelas
beaker.
Proses
pembentukan garam meja adalah sesuatu yang sangat menakjubkan. Dua zat yang
memiliki sifat yang berbeda dan berbahaya dapat bereaksi secara kimiawi
menghasilkan senyawa baru yang berperan penting dalam kehidupan.
Natrium
adalah logam alkali (IA). Logam natrium memiliki satu elektron valensi dan
jumlah seluruh elektronnya adalah 11, sebab nomor atomnya adalah 11. Klorin
adalah unsur pada golongan halogen (VIIA) pada tabel periodik. Unsur ini memiliki
tujuh elektron valensi dan jumlah seluruh elektronnya adalah 17.
Gas
mulia adalah unsur golongan VIIIA pada tabel periodik yang sangat tidak
reaktif, karena tingkat energi valensinya (tingkat energi terluar atau kulit
terluar) terisi penuh oleh elektron ( memiliki delapan elektron valensi,
kecuali gas helium yang hanya memiliki dua elektron valensi). Meniru
konfigurasi elektron gas mulia adalah tenaga pendorong alami dalam reaksi
kimia, sebab dengan cara itulah unsur menjadi stabil atau “sempurna”. Unsur gas
mulia tidak akan kehilangan, mendapatkan, atau berbagi elektron.
Unsur-unsur
lain di golongan A pada tabel periodik mendapatkan, kehilangan, atau berbagi
elektron valensi untuk mengisi tingkat energi valensinya agar mencapai keadaan
“sempurna”. Pada umumnya, proses ini melibatkan pengisian kulit terluar agar
memiliki delapan elektron valensi (dikenal dengan istilah aturan oktet), yaitu
unsur akan mendapatkan, kehilangan, atau berbagi elektron untuk mencapai
keadaan penuh delapan/oktet.
Natrium
memiliki satu elektron valensi. Menurut hukum oktet, unsur ini akan bersifat
stabil ketika memiliki delapan elektron valensi. Ada dua kemungkinan bagi
natrium untuk menjadi stabil. Unsur ini dapat memperoleh tujuh elektron untuk
memenuhi kulit M atau dapat kehilangan satu elektron pada kulit M, sehingga
kulit L (yang terisi penuh oleh delapan elektron) menjadi kulit terluar. Pada
umumnya, kehilangan atau mendapatkan satu, dua, bahkan kadang-kadang tiga
elektron dapat terjadi. Unsur tidak akan kehilangan atau mendapatkan lebih dari
tiga elektron. Dengan demikian, untuk mencapai kestabilan, natrium kehilangan
satu elektron pada kulit M. Pada keadaan ini, natrium memiliki 11 proton dan 10
elektron. Atom natrium yang pada awalnya bersifat netral, sekarang memiliki satu
muatan positif , sehingga menjadi ion (atom yang bermuatan karena kehilangan
atau memperoleh elektron). Ion yang bermuatan positif karena kehilangan
elektron disebut kation.
11Na : 2 . 8 . 1
11Na+ : 2 . 8
Ion
natrium (Na+) memiliki konfigurasi elektron yang sama dengan neon (10Ne),
sehingga merupakan isoelektron dengan neon. Terdapat perbedaan satu elektron
antara atom natrium dan ion natrium. Selain itu, reaktivitas kimianya berbeda
dan ukurannya pun berbeda. Kation lebih kecil bila dibandingkan dengan atom
netral. Hal ini akibat hilangnya satu elektron saat atom natrium berubah
menjadi ion natrium.
Klor
memiliki tujuh elektron valensi. Untuk memenuhi aturan oktet, unsur ini dapat
kehilangan tujuh elektron pada kulit M atau mendapatkan satu elektron pada
kulit M. Oleh karene suatu unsur tidak dapat memperoleh atau kehilangan lebih
dari tiga elektron, klor harus mendapatkan satu elektron untuk memenuhi valensi
pada kulit M. Pada keadaan ini, klor memiliki 17 proton dan dan 18 elektron,
sehingga klor menjadi ion dengan satu muatan negatif (Cl-). Atom klorin netral
berubah menjadi ion klorida. Ion dengan muatan negatif karena mendapatkan
elektron disebut anion.
17Cl : 2 87
17Cl- : 2 . 8 . 8
17Cl- : 2 . 8 . 8
Anion
klorida adalah isoelektron dengan argon (18Ar). Anion klorida juga sedikit
lebih besar dari atom klor netral. Secara umum, kation lebih kecil dari atomnya
dan anion sedikit lebih besar dari atomnya.
Natrium
dapat mencapai delapan elektron valensi (kestabilan) dengan melepaskan satu
elektron. Sementara, klor dapat memenuhi aturan oktet dengan mendapatkan satu
elektron. Jika keduanya berada di dalam satu bejana, jumlah elektron natrium
yang hilang akan sama dengan jumlah elektron yang diperoleh oleh klor. Pada
keadaan ini, satu elektron dipindahkan dari natrium menuju klor. Perpindahan
elektron menghasilkan ion yaitu kation (bermuatan positif) dan anion (bermuatan
negatif). Muatan yang berlawanan akan saling tarik-menarik. Kation Na+ menarik
anion Cl- dan membentuk senyawa NaCl atau garam meja.
Proses
ini merupakan contoh dari ikatan ionik, yaitu ikatan kimia (gaya tarik-menarik
yang kuat yang tetap menyatukan dua unsur kimia) yang berasal dari gaya tarik
elektrostatik (gaya tarik-menarik dari muatan-muatan yang berlawanan) antara
kation dan anion. Senyawa yang memiliki ikatan ionik sering disebut garam. Pada
natrium klorida (NaCl), susunan antara ion Na+ dan Cl- membentuk pola yang
berulang dan teratur (disebut struktur kristalin). Jenis garam yang berbeda
memiliki struktur kristalin yang berbeda. Kation dan anion dapat memiliki lebih
dari satu muatan positif atau negatif bila kehilangan atau mendapatkan lebih
dari satu elektron. Dengan demikian, mungkin dapat terbentuk berbagai jenis
garam dengan rumus kimia yang bervariasi.
Proses
dasar yang terjadi ketika natrium klorida terbentuk juga terjadi ketika
garam-garam lainnya terbentuk. Unsur logam akan kehilangan elektron membentuk
kation dan unsur nonlogam akan mendapatkan elektron membentuk anion. Gaya
tarik-menarik antara muatan positif dan negatif menyatukan partikel-partikel
dan menghasilkan senyawa ionik.
Secara
umum, muatan ion yang dimiliki suatu unsur dapat ditentukan berdasarkan pada
letak unsur tersebut pada tabel periodik. Semua logam alkali (unsur IA)
kehilangan satu elektron untuk membentuk kation dengan muatan +1. Logam alkali
tanah (unsur IIA) kehilangan dua elektronnya untuk membentuk kation +2.
Aluminium yang merupakan anggota pada golongan IIIA kehilangan tiga elektronnya
untuk membentuk kation +3.
Dengan
alasan yang sama, semua halogen (unsur VIIA) memiliki tujuh elektron valensi.
Semua halogen mendapatkan satu elektron untuk memenuhi kulit valensi sehingga
membentuk anion dengan satu muatan negatif. Unsur VIA mendapatkan dua elektron
untuk membentuk anion dengan muatan -2 dan unsur VA mendapatkan tiga elektron
untuk membentuk anion dengan muatan -3.
Berikut
ini adalah tabel beberapa kation monoatom (satu atom) umum dan beberapa anion
monoatom umum yang sering digunakan para ahli kimia.
Beberapa
Kation Monoatom Umum
|
|||
Golongan
|
Unsur
|
Nama Ion
|
Simbol
Ion
|
IA
|
Litium
|
Kation Litium
|
Li+
|
Natrium
|
Kation Natrium
|
Na+
|
|
Kalium
|
Kation Kalium
|
K+
|
|
IIA
|
Berilium
|
Kation Berilium
|
Be2+
|
Magnesium
|
Kation Magnesium
|
Mg2+
|
|
Kalsium
|
Kation Kalsium
|
Ca2+
|
|
Stronsium
|
Kation Stronsium
|
Sr2+
|
|
Barium
|
Kation Barium
|
Ba2+
|
|
IB
|
Perak
|
Kation Perak
|
Ag+
|
IIB
|
Seng
|
Kation Seng
|
Zn2+
|
IIIA
|
Aluminium
|
Kation Aluminium
|
Al3+
|
Beberapa
Anion Monoatom Umum
|
|||
Golongan
|
Unsur
|
Nama Ion
|
Simbol
Ion
|
VA
|
Nitrogen
|
Anion Nitrida
|
N3-
|
Fosfor
|
Anion Fosfida
|
P3-
|
|
VIA
|
Oksigen
|
Anion Oksida
|
O2-
|
Belerang
|
Anion Sulfida
|
S2-
|
|
VIIA
|
Fluorin
|
Anion Fluorida
|
F-
|
Klorin
|
Anion Klorida
|
Cl-
|
|
Bromin
|
Anion Bromida
|
Br-
|
|
Iodin
|
Anion Iodida
|
I-
|
Hilanganya
sejumlah elektron dari anggota unsur logam transisi (unsur golongan B) lebih
sukar ditentukan. Faktanya, banyak dari unsur ini kehilangan sejumlah elektron
yang bervariasi, sehingga dapat membentuk dua atau lebih kation dengan muatan
yang berbeda. Muatan listrik yang dimiliki ataom disebut dengan bilangan
oksidasi. Banyak dari ion transisi (unsur golongan B) memiliki bilangan
oksidasi yang bervariasi. Berikut adalah tabel yang menunjukkan beberapa logam
transisi umum dengan bilangan oksidasi yang bervariasi.
Beberapa
Logam Umum yang Memiliki Lebih dari Satu Bilangan Oksidasi
|
|||
Golongan
|
Unsur
|
Nama Ion
|
Simbol Ion
|
VIB
|
Kromium
|
Krom (II) atau Kromo
|
Cr2+
|
Krom (III) atau Kromi
|
Cr3+
|
||
VIIB
|
Mangan
|
Mangan (II) atau Mangano
|
Mn2+
|
Mangan (III) atau Mangani
|
Mn3+
|
||
VIIIB
|
Besi
|
Besi (II) atau Fero
|
Fe2+
|
Besi (III) atau Feri
|
Fe3+
|
||
Kobalt
|
Kobalt (II) atau Kobalto
|
Co2+
|
|
Kobalt (III) atau Kobaltik
|
Co3+
|
||
IB
|
Tembaga
|
Tembaga (I) atau Cupro
|
Cu+
|
Tembaga (II) atau Cupri
|
Cu2+
|
||
IIB
|
Raksa
|
Merkuri (I) atau Merkuro
|
Hg22+
|
Merkuri (II) atau Merkuri
|
Hg2+
|
||
IVA
|
Timah
|
Timah (II) atau Stano
|
Sn2+
|
Timah (IV) atau Stani
|
Sn4+
|
||
Timbal
|
Timbal (II) atau Plumbum
|
Pb2+
|
|
Timbal (IV) atau Plumbik
|
Pb4+
|
Kation-kation
tersebut dapat memiliki lebih dari satu nama. Cara pemberian nama suatu kation
adalah dengan menggunakan nama logam dan diikuti oleh muatan ion yang
dituliskan dengan angka Romawi di dalam tanda kurung. Cara lama pemberian nama
suatu kation adalah menggunakan akhiran –o dan –i. Logam dengan bilangan
oksidasi rendah diberi akhiran –o. Sementara, logam dengan bilangan oksidasi
tinggi diberi akhiran –i.
Ion
tidak selalu monoatom yang tersusun atas hanya satu atom. Ion dapat juga berupa
poliatom yang tersusun oleh sekelompok atom. Berikut ini adalah beberapa ion
poliatom penting yang disajikan dalam bentuk tabel.
Beberapa
Ion Poliatom Penting
|
|||
Nama Ion
|
Simbol
Ion
|
Nama Ion
|
Simbol
Ion
|
Sulfat
|
SO42-
|
Hidrogen Fosfat
|
HPO42-
|
Sulfit
|
SO32-
|
Dihidrogen Fosfat
|
H2PO4-
|
Nitrat
|
NO3-
|
Bikarbonat
|
HCO3-
|
Nitrit
|
NO2-
|
Bisulfat
|
HSO4-
|
Hipoklorit
|
ClO-
|
Merkuri (I)
|
Hg22+
|
Klorit
|
ClO2-
|
Amonia
|
NH4+
|
Klorat
|
ClO3-
|
Fosfat
|
PO43-
|
Perklorat
|
ClO4-
|
Fosfit
|
PO33-
|
Asetat
|
CH3COO-
|
Permanganat
|
MnO4-
|
Kromat
|
CrO42-
|
Sianida
|
CN-
|
Dikromat
|
Cr2O72-
|
Sianat
|
OCN-
|
Arsenat
|
AsO43-
|
Tiosianat
|
SCN-
|
Oksalat
|
C2O42-
|
Arsenit
|
AsO33-
|
Tiosulfat
|
S2O32-
|
Peroksida
|
O22-
|
Hidroksida
|
OH-
|
Karbonat
|
CO32-
|
Ketika
suatu senyawa ionik terbentuk, kation dan anion saling menarik menghasilkan
garam. Hal yang penting untuk diingat adalah bahwa senyawanya harus netral,
yaitu memiliki jumlah muatan positif dan negatif yang sama.
Sebagai
contoh, saat logam magnesium direaksikan dengan cairan bromin, akan terbentuk
senyawa ionik. Rumus kimia atau formula kimia dari senyawa yang dihasilkan
dapat ditentukan melalui konfigurasi elektron masing-masing unsur.
12Mg : 2 . 8 . 2
35Br : 2 . 8 . 18
. 7
Magnesium,
merupakan unsur logam alkali tanah (golongan IIA), memiliki dua elektron
valensi, sehingga dapat kehilangan elektronnya membentuk suatu kation bermuatan
+2.
12Mg2+ : 2 . 8
Bromin
adalah halogen (golongan VIIA) yang mempunyai tujuh elektron valensi, sehingga
dapat memperoleh satu elektron untuk melengkapi keadaan oktet (delapan elektron
valensi) dan membentuk anion bromide dengna muatan -1.
35Br- : 2 . 8 .
18 . 8
Senyawa
yang terbentuk harus netral, yang berarti jumlah muatan positif dan negatifnya
harus sama. Dengan demikian, secara keseluruhan, muatannya nol. Ion magnesium
mempunyai muatan +2. Dengan demikian, ion ini memerlukan dua ion bromida yang
masing-masing memiliki satu muatan negatif untuk “mengimbangi” muatan +2 dari
ion magnesium. Jadi, rumus senyawa yang dihasilkan adalah MgBr2.
Pada
saat menuliskan nama senyawa garam, tulislah terlebih dahulu nama logamnya dan
kemudian nama nonlogamnya. Sebagai contoh, senyawa yang dihasilkan dari reaksi
antara litium dan belerang, Li2S. Pertama kali, tulislah nama logammya, yaitu
litium. Kemudian, tulislah nama nonlogamnya, dengan menambah akhiran –ida
sehingga belerang (sulfur) menjadi sulfida.
Li2S
: Litium Sulfida
Senyawa-senyawa
ion yang melibatkan ion-ion poliatom juga mengikuti aturan dasar yang sama.
Nama logam ditulis terlebih dahulu, kemudian diikuti nama nonlogamnya (anion
poliatom tidak perlu diberi akhiran –ida).
(NH4)2CO3
: Amonium Karbonat
K3PO4
: Kalium Fosfat
Apabila
logam yang terlibat merupakan logam transisi dengan lebih dari satu bilangan
oksidasi, terdapat dua cara penamaan yang benar. Sebagai contoh, kation Fe3+
dengan anion CN- dapat membentuk senyawa Fe(CN)3. Metode yang lebih disukai
adalah menggunakan nama logam yang diikuti dengan muatan ion yang ditulis
dengan angka Romawi dan diletakkan dalam tanda kurung : Besi (III). Namun,
metode penamaan lama masih digunakan, yaitu dengan menggunakan akhiran –o
(bilangan oksidasi rendah) dan –i (bilangan oksidasi tinggi). Oleh karena ion
Fe3+ memiliki bilangan oksidasi lebih tinggi dari Fe2+, ion tersebut diberi
nama ion ferri.
Fe(CN)3
: Besi (III) Sianida
Fe(CN)3
: Ferri Sianida
Tidak
semua ikatan kimia terbentuk melalui mekanisme serah-terima elektron. Atom-atom
juga dapat mencapai kestabilan melalui mekanisme pemakaian bersama pasangan
elektron. Ikatan yang terbentuk dikenal dengan istilah ikatan kovelen. Senyawa
kovelen adalah senyawa yang hanya memiliki ikatan kovelen.
Sebagai
contoh, atom hidrogen memiliki satu elektron valensi. Untuk mencapai kestabilan
(isoelektronik dengan helium), atom hidrogen membutuhkan satu elektron
tambahan. Saat dua atom hidrogen membentuk ikatan kimia, tidak terjadi
peristiwa serah-terima elektron. Yang akan terjadi adalah kedua atom akan
menggunakan elektronnya secara bersama-sama. Kedua elektron (satu dari
masing-masing hidrogen) menjadi milik kedua atom tersebut. Dengan demikian,
molekul H2 terbentuk melalui pembentukan ikatan kovelen, yaitu ikatan kimia
yang berasal dari penggunaan bersama satu atau lebih pasangan elektron antara
dua atom. Ikatan kovalen terjadi di antara dua unsur nonlogam.
Ikatan
kovalen dapat dinyatakan dalam bentuk Struktur Lewis, yaitu representasi ikatan
kovelen, dimana elektron yang digunakan bersama digambarkan sebagai garis atau
sepasang dot antara dua atom; sementara pasangan elektron yang tidak digunakan
bersama (lone pair) digambarkan sebagai pasangan dot pada atom bersangkutan.
Pada umumnya, proses ini melibatkan pengisian elektron pada kulit terluar
(kulit valensi) yang disebut sebagai aturan oktet, yaitu unsur akan berbagi
elektron untuk mencapai keadaan penuh delapan elektron valensi (oktet), kecuali
hidrogen dengan dua elektron valensi (duplet).
Atom-atom
dapat membentuk berbagai jenis ikatan kovelen. Ikatan tunggal terjadi saat dua
atom menggunakan sepasang elektron bersama. Ikatan rangkap dua (ganda) terjadi
saat dua atom menggunakan menggunakan dua pasangan elektron bersama. Sementara,
ikatan rangkap tiga terjadi saat dua atom menggunakan tiga pasangan elektron
bersama.
Senyawa
ionik memiliki sifat yang berbeda dari senyawa kovalen. Senyawa ionik, pada
suhu kamar, umumnya berbentuk padat, dengan titik didih dan titik leleh tinggi,
serta bersifat elektrolit. Sebaliknya, senyawa kovelen, pada suhu kamar, dapat
berbentuk padat, cair, maupun gas. Selain itu, senyawa kovalen memiliki titik
didih dan titik leleh yang relatif rendah bila dibandingkan dengan senyawa
ionik serta cenderung bersifat nonelektrolit.
Ketika
atom klorin berikatan secara kovalen dengan atom klorin lainnya, pasangan
elektron akan digunakan bersama secara seimbang. Kerapatan elektron yang
mengandung ikatan kovalen terletak di tengah-tengah di antara kedua atom.
Setiap atom menarik kedua elektron yang berikatan secara sama. Ikatan seperti
ini dikenal dengan istilah ikatan kovalen nonpolar.
Sementara,
apa yang akan terjadi bila kedua atom yang terlibat dalam ikatan kimia tidak
sama? Kedua inti yang bermuatan positif yang mempunyai gaya tarik berbeda akan
menarik pasangan elektron dengan derajat (kekuatan) yang berbeda. Hasilnya
adalah pasangan elektron cenderung ditarik dan bergeser ke salah satu atom yang
lebih elektronegatif. Ikatan semacam ini dikenal dengan istilah ikatan kovalen
polar.
Sifat
yang digunakan untuk membedakan ikatan kovalen polar dengan ikatan kovalen
nonpolar adalah elektronegativitas (keelektronegatifan), yaitu kekuatan
(kemampuan) suatu atom untuk menarik pasangan elektron yang berikatan. Semakin
besar nilai elektronegativitas, semakin besar pula kekuatan atom untuk menarik
pasangan elektron pada ikatan. Dalam tabel periodik, pada satu periode,
elektronegativitas akan naik dari kiri ke kanan. Sebaliknya, dalam satu
golongan, akan turun dari atas ke bawah.
Ikatan
kovelen nonpolar terbentuk bila dua atom yang terlibat dalam ikatan adalah sama
atau bila beda elektronegativitas dari atom-atom yang terlibat pada ikatan
sangat kecil. Sementara, pada ikatan kovelen polar, atom yang menarik pasangan
elektron pengikat dengan lebih kuat akan sedikit lebih bermuatan negatif;
sedangkan atom lainnya akan menjadi sedikit lebih bermuatan positif. Ikatan ini
terbentuk bila atom-atom yang terlibat dalam ikatan adalah berbeda. Semakin
besar beda elektronegativitas, semakin polar pula ikatan yang bersangkutan.
Sebagai tambahan, apabila beda elektronegativitas atom-atom sangat besar, maka
yang akan terbentuk justru adalah ikatan ionik. Dengan demikian, beda
elektronegativitas merupakan salah satu cara untuk meramalkan jenis ikatan yang
akan terbentuk di antara dua unsur yang berikatan.
Perbedaan
Elektronegativitas
|
Jenis
Ikatan yang Terbentuk
|
0,0 sampai 0,2
|
Kovalen nonpolar
|
0,3 sampai 1,4
|
Kovalen polar
|
> 1,5
|
Ionik
|
Ikatan
kovalen koordinasi (datif) terjadi saat salah satu unsur menyumbangkan sepasang
elektron untuk digunakan secara bersama-sama dengan unsur lain yang membutuhkan
elektron. Sebagai contoh, reaksi antara molekul NH3 dan ion H+ membentuk ion
NH4+. Molekul NH3 memiliki sepasang elektron bebas yang digunakan bersama-sama
dengan ion H+. Molekul NH3 mendonorkan elektron, sedangkan ion H+ menerima
elektron. Kedua elektron digunakan bersama-sama.
Pada
dasarnya senyawa kovalen memiliki aturan tata nama yang tidak berbeda jauh dari
senyawa ionik. Tulislah nama unsur pertama, kemudian diikuti dengan nama unsur
kedua yang diberi akhiran –ida.
HCl
: Hidrogen Klorida
SiC
: Silikon Karbida
Apabila
masing-masing unsur terdiri lebih dari satu atom, prefik yang menunjukkan
jumlah atom digunakan. Prefik yang sering digunakan dalam penamaan senyawa
kovelen dapat dilihat pada tabel berikut.
Prefik
|
Jumlah
Atom
|
Prefik
|
Jumlah
Atom
|
Mono-
|
1
|
Heksa-
|
6
|
Di-
|
2
|
Hepta-
|
7
|
Tri-
|
3
|
Okta-
|
8
|
Tetra-
|
4
|
Nona-
|
9
|
Penta-
|
5
|
Deka-
|
10
|
CO
: Monokarbon Monoksida atau Karbon Monoksida
CO2 : Monokarbon Dioksida atau Karbon Dioksida
CO2 : Monokarbon Dioksida atau Karbon Dioksida
Catatan
: awalan mono- pada unsur pertama dapat dihilangkan
SO2 : Sulfur Dioksida
SO3 : Sulfur Trioksida
N2O4 : Dinitrogen Tetraoksida
SO2 : Sulfur Dioksida
SO3 : Sulfur Trioksida
N2O4 : Dinitrogen Tetraoksida
Senyawa
kovalen yang mengandung atom Hidrogen (H) tidak menggunakan tata nama di atas,
tetapi menggunakan nama trivial yang telah dikenal sejak dahulu.
B2H6 : Diborana PH3 : Fosfina
CH4 : Metana H2O : Air
SiH4 : Silana H2S : Hidrogen Sulfida
NH3 : Amonia
B2H6 : Diborana PH3 : Fosfina
CH4 : Metana H2O : Air
SiH4 : Silana H2S : Hidrogen Sulfida
NH3 : Amonia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar